Pengorbanan tidak sama dengan cinta

Saya baru saja merasa ditampar oleh satu caption karya @3septiani. Ibu penggila filsafat ini, dalam foto bersama anaknya, menulis: "melakukan hal apapun kalau modusnya cinta, maka aku tidak mengenal hal sulit, ataupun hal pengorbanan".

Saya tercenung. Diam sebentar. Masih mikir. Lantas tergugah, apa yang sudah saya lakukan selama ini?

Seringkali sebal pada suami saat lelah. Berpikir, gue udah capek2 kok lo enak2an? Duh, saya sedih sekarang.

Betul kata Septiani bahwa dalam cinta, tak ada kata pengorbanan. Apa yang sering2 disebut dalam buku bahwa cinta adalah berkorban salah besar. Jadi, kalau kamu merasa bahwa kamu sudah berkorban karena cinta, artinya kamu salah. Kamu hanya sedang bertransaksi.

Seringkali kita berpikir bahwa usai berkorban kita lelah, kita ingin diakui bahwa kita telah berkorban. Perasaan ingin adanya pengakuan ini yang berbahaya. Cinta tidak sedangkal itu, tidak sedangkal sesuatu yang butuh pengakuan.

Cinta ya hanya cinta. Melakukan semua dengan cinta, bahkan harusnya tidak untuk sukacita. Artinya, sukacita hanya pengiring dari cinta itu. Kalau kamu mencinta hanya untuk bersukacita, kamu juga tidak sedang mencinta. Sukacita hanya perasaan yang mengikuti. Bukan sebagai tujuan.

Jadi, kalau dalam melakukan apapun modusnya cinta, kamu tidak akan merasa sulit, tidak merasa sedang berkorban. Kamu hanya sedang mencintai. Cukup sampai di situ.

Mari kita perbaiki cara kita mencintai.



Comments

Popular Posts