Skip to main content

Posts

Featured

Kau yang Dulu

  Aku tak lagi mengenalmu. Bibir mu kelu dari kata yang dulu hangat. Hatimu mengeras. Kau nampak candu oleh egomu. Nuranimu tersandera validasi palsu. Kau boleh bilang itu semua dibentuk oleh terjalnya hidup. Kau mulai sering mengkalkulasi, mana yang harus bisa dirasionalisasi. Kau terlalu pongah untuk bisa lemah di hadapan banyak diri. Sayangnya, hidup bukan soal terus meninggikan hati. Bukan mulu soal hitung-hitungan seperti ini. Sejujurnya, aku mengasihanimu. Kau tampak dikendalikan oleh kekosongan yang menyusup ke lengkung hampa hatimu. Tapi tak apalah.. Kau masih tetap boleh melemah di hadapanku seperti biasa. Aku sungguh tak apa dan takkan melihat kau sebagai apa. Itupun kalau kau mau. Namun bila kau merasa baik-baik saja dengan sosokmu yang itu, ku doakan kau selalu nyaman hidup begitu, dari jarakku yang terjauh.

Latest Posts

Mengagumi Sepi

ISLAMISASI

Berbicara Kematian

[TENTANG BUKU] Pada Sebuah Kapal by NH Dini: Mencinta dengan Cara Lama

Is it true that our lives were formed by myths?

Because World will be Forever Like This

Drakor The World of Married Couple: Gambar Terang soal Posisi Perempuan yang Selalu Jadi Ironi

Membaca Status Milik Sepupuku, Fitri Irfani

[TENTANG BUKU] Perempuan di Titik Nol: Menjadi Pelacur karena Kecewa

Lagi, tentang Carl Sagan