[TENTANG BUKU] Pada Sebuah Kapal by NH Dini: Mencinta dengan Cara Lama

Gue tau NH. Dini sejak mengikuti diskusi di Festival Literasi Tangsel soal Perempuan dan Kepenulisan. Katanya, NH Dini adalah penulis feminis yang legendaris. Jauh sebelum dikenalnya Ayu Utami dkk di ranah literasi Indonesia, NH Dini muncul di zaman, di mana justru feminisme masih sangat tabu di masyarakat kita.

Tapi yang masih jadi pertanyaan gue, karya NH Dini justru sangat diterima oleh masyarakat pada zamannya, termasuk nyokap gue. Saat gue tanya apa dia pernah baca NH Dini, katanya iya. Karena NH Dini, nyokap juga jadi suka baca novel.

Kenapa ini jadi pertanyaan gue??

Berbagai literasi soal isu perempuan justru banyak ditolak oleh tatanan masyarakat zaman sekarang, yang katanya justru lebih modern. Bukankah dulu masyarakat lebih sulit mengakses informasi ketimbang sekarang ya?? Atau justru karena overdose kita soal informasi membuat kita malah kesulitan memfilter?

Tapi setelah gue baca salah satu buku NH Dini yang judulnya "Pada Sebuah Kapal", gue jadi agak paham sih kenapa tulisan dia justru lebih diterima.



Pemaknaan Buku

Kalau lo pernah baca buku Ayu Utami yang judulnya "Parasit Lajang" (terlebih lo mungkin enggak pernah belajar soal feminisme), dahi lo akan mengkerut semengkerut-kerutnya. Ayu Utami keras, lugas, dan terlalu eksplisit soal feminisme. Ia bahkan pernah menggugat institusi pernikahan sebelum dia sendiri menikah. Ia menggugat banyak hal.

Beberapa buku soal isu keperempuan di masa modern yang pernah gue baca memang bersifat serupa. Perempuan modern, tegas, berkarir, mandiri, tidak atau lama menikah, kebebasan seksualitas, dan lain-lain. Mungkin ini karena tatanan sosial di masyarakat di zaman modern memang begitu adanya.

Tapi kalau lo baca buku NH Dini, buku dia justru merujuk pada perempuan yang... ibu rumah tangga, seorang istri, pekerjaan domestik dan lain-lain.

Gue paham akhirnya. Ada dua kemungkinan NH Dini memilih cerita seperti itu, yakni memang kondisi sosial masyarakat pada zamannya atau memang ia sengaja memakai pendekatan yang halus agar bisa diterima di masyarakat. Tapi, penokohan dia terhadap tokoh Sri tetap menunjukkan bahwa perempuan harus diposisikan sebagai sosok yang selalu punya pilihan juga. Dan menurut gue, NH Dini sangat forward thinking pada zaman itu.

Tokoh Sri, yang dalam hal ini adalah tokoh utama memang digambarkan lembut. Ia seorang penari. Sangat classy kalau gue mengimajinasikannya. Ia sempat menunda impiannya sebagai penari walau pada akhirnya ia tetap menjadi penari sekaligus seorang istri yang merasa pernikahannya menjemukan. Sri selalu merasa gusar dengan suaminya yang menuntut kesempurnaan dalam ranah pekerjaan domestiknya. Hingga akhirnya ia justru jatuh cinta dengan seorang kapten kapal.

Sekali lagi, NH Dini menempatkan tokoh utamanya sebagai perempuan dengan pemikiran yang bebas, punya pilihan dan mandiri, sekalipun ia adalah ibu rumah tangga dan seorang istri. 



Soal ceritanya

Duh, agak takut juga nih seorang kurcaci macam gue mereview buku NH Dini. Tapi gue seneng banget emang bisa nemuin buku dengan cetakan lama, tahun 1980-an.

Secara pemilihan kata, gue suka sih. Sederhana dan romantis. Sastra klasik banget, lah. Tapi ringan juga. Kalau baca buku Pramoedya mungkin lo akan sedikit pusing, kalau NH Dini sih engga.

Sama kayak diksi, ceritanya ringan. Menggambarkan romansa percintaan zaman dulu yang belum ada internet. Dari sini gue turut merasakan sih, betapa kerinduan seseorang pada zaman itu begitu dalam (HAHAHA). Mereka cuma bisa menunggu surat, pertemuan yang amat jarang. Tapi sekalinya ada komunikasi, intense dan dalem banget. 

NH Dini juga menceritakan tokoh utamanya dari dia kecil, entah itu Sri ataupun tokoh laki-lakinya. Ini membuat pembaca akhirnya paham soal pembentukan karakter, kenapa secara psikologis mereka begitu atau begini. NH Dini mengajak pembaca agar menilai tokoh yang ia bangun secara holistik, agar tidak ada judgement yang berlebihan.

Tapi gue sangat menyayangkan, banyak banget kameonya sampai gue pusing, ini siapa ya tadi? Kemudian gue baca ulang lagi supaya bisa inget tokoh kameo itu. Terus pendalaman karakter mereka juga segitu aja. Bikin rame doang hahaha.

Tapi oke, kok. Udah lama gue enggak sebaper itu baca novel, apalagi Indonesia. Jadi, kuberi 4.00/5.00 yaaaa!!!




Comments

Popular Posts