Berbicara Kematian

 

Sumber: India TV News

Apa yang kita tahu soal kematian? Tak satupun orang tahu tentang kematian. Para ahli sains bilang, kematian hanyalah soal bagaimana organ manusia berhenti menjalankan fungsinya. Para ahli agama bilang, kematian hanyalah soal arwah yang dicabut paksa oleh malaikat pencabut nyawa. Tapi tak ada satupun dari mereka yang pernah betul-betul memberi gambaran pada kita, bagaimana rasanya mati?

Hampir semua dari kita merasa sangat begitu takut mati. Tapi, apakah kita betul-betul takut pada kematian itu sendiri? Orang terkasih kita, harta yang kita simpan sejak lama, jabatan yang sekeras mungkin kita raih, semua yang ada di dunia.. apakah semua dalam keadaan baik setelah kita mati? Bagaimana kita dikenang sebagai manusia setelah mati?

Hal lainnya adalah, kita begitu takut akan kehidupan setelah kematian. Sebagai muslim, aku terlalu lama mendengar bahwa kita bisa terancam oleh siksa kubur. Atau mungkin kita juga terlena dengan adanya nikmat kubur. Yang manakah yang akan kita tuai nanti?

Nampaknya aku jadi tahu. Kita tak pernah betul-betul takut akan kematian itu sendiri. Kita hanya cemas soal bagaimana kehidupan sebelum dan sesudah kita mati. Kita cemas akan sebuah ketidak-pastian.

Dari kecemasan ini, kita bisa melihat bagaimana manusia bisa menjalani hidupnya. Ia bisa jadi baik karena takut dikenang sebagai manusia yang buruk. Ia bisa jadi ahli ibadah karena takut akan siksa kubur. Ah, sungguh manusia memang selalu dibentuk oleh kecemasan. Mereka menjalankan hidupnya yang begitu karena memang selalu cemas.

Lantas, kapan manusia betul-betul menjadi baik?

Mungkin ketika mereka rela dan berhenti “berusaha menjadi baik”.

Salah seorang bilang, ketidak-relaan adalah bentuk ketidak-siapan kita pada satu hal terburuk. Manusia memang sering melakukan penyangkalan, ya? Atau justru melarikan diri dan memproyeksikan kecemasannya pada satu hal yang sering dipandang baik? Kita seringkali melakukan penyangkalan atau mencari atau membangun sesuatu agar bisa melarikan diri dari kecemasan. Kecemasan yang tak bisa ditanggung siapa-siapa.

Jika sudah demikian, manusia membangun ilusinya sendiri.

Sudah saatnya kita bisa merangkul rasa hilang, menerima bahwa kita juga bisa menghilang.

Bukan sebagai bentuk keputus-asaan, sebab itu memang salah satu yang sudah jadi bagian kehidupan.

Comments

Popular Posts