Ekonomi Digital: Bermanfaat atau Dimanfaatkan?

Tidak ada waktu untuk santai setelah pulang kantor hari ini, begitu kira-kira yang saya pikirkan. Mumpung apa yg ada di otak masih terekam.

Tugas kantor menumpuk. Saya saat ini ditugaskan memegang satu media baru yg namanya EkonomiDigital. Tujuan media ini menyoroti perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Tp saya plesetkan dikit, buat apa menyoroti? Lebih baik disosialisasikan kepada khalayak. Katanya perekonomian model baru ini digaung-gaungkan sebagai penunjang ekonomi kekinian.

Iya penunjang. Ekonomi digital di Indonesia diprediksi mampu menolong pertumbuhannya yg sedang terseok-seok, merangkak naik menuju singgasananya. Pencapaian e-commerce terus bertumbuh. Pemerintah bilang, peradaban baru ini tak bisa dibendung lagi. Mungkin mereka menyindir demonstrasi para sopir taksi. "Jika Indonesia tak bisa beradaptasi, kita bisa ketinggalan," begitu kira-kira kata Pak Presiden.

Saya menulis semua artikel itu seolah saya mendukung penuh atas semuanya. Namun sungguh pun nurani saya berontak. Saya pusing, keblinger. Agak tidak rela. Tp saya baca satu artikel di salah satu media online. Judulnya, "Kapitalis Berbulu Ekonomi Berbagi".

Akhirnya kegundahan saya terwakili. Yak, apakah benar peradaban modern ini mampu membantu semua kalangan? Kita tak bisa menutup mata bahwa perilaku serta mentalitas tradisional kita masih begitu lekat, toh? Benarkah ekonomi model ini mampu mengangkat semua kalangan, tp yg padahal banyak petani tradisional tersingkir hingga kini mereka menjadi buruh tani? Karena apa? Posisinya direbut oleh manajer industri modern.

Benarkah ekonomi ini bisa memenangkan semua kalangan? Atau jangan2 hanya akal2an para negara kapitalis yg memanfaatkan keterbelakangan Indonesia akan hal ini? Mengiming2i bahwa, "Perkenalkan, ini ekonomi digital. Ekonomi dimana semua jd tanpa batas". Kita lihat, ujung2nya banyak bisnis asing yg merdeka di Tanah Air. Dalihnya adalah: prinsip internet kan memang tanpa batas.

Benarkah ini bermanfaat atau justru kita dimanfaatkan? Saya sendiri tidak tahu. Jangan2 ini adalah bentuk buruk sangka saya semata.

Tp kita lihat, siapa yg tak kenal teknologi di Jepang? Majunya luar biasa. Tp apa Anda tahu? E-commerce di sana tidak tumbuh subur, media online tidak laku. Penjualan oplah koran tak pernah berkurang. Apa mereka tiba2 ambruk jadi negara berkembang?

Siapa di sini yg krisis identitas?

Toh pada faktanya Indonesia subur sebagai konsumen. Bukan produsen. Pemakai gadget dan sosmed terbanyak, tp keahliannya dalam bidang IT justru terendah.

Mungkin saya yg kuno. Pemikiran saya kolot. Semoga ya.

Comments

Popular Posts