Adakah Manusia Benar-Benar Berprinsip?

This article has been posted at my Facebook, Sunday (26/7).


Baru-baru ini saya menemukan banyak hal baru. Tentunya setelah memutuskan untuk single, hingga di empat bulan ini.


Sangat dangkal membicarakan "kehidupan asmara" bagi saya saat ini, terlebih melihat usia. Tp memang "kehidupan asmara" selalu menjadi ide menarik. Tulisan saya di sini sebenarnya bukan untuk membicarakan asmara, tp sekali lagi; karena menarik, maka saya tarik ide ini sebagai simulasinya.

Saat ini, saya sadar bahwa banyak hal yg lebih penting dari sesuatu yg seringkali kita "rumit-rumitkan". Seseorang beri pencerahan, bahwa kata PHP (Pemberi Harapan Palsu) pun bahkan adalah sesuatu yg dibuat2. Saya rasa benar. Hubungan asmara sebenarnya hanyalah perihal interaksi. Kenapa harus sedemikian dibuat rumit?

Kemudian perihal prinsip serta idealis yg sering kita kicaukan. Seseorang yg saya pernah "kenal" dulu berkata, "gue sih jomblo prinsip". Saya merasa kagum karena memang bahwa sejak saya mengenalnya, dia begitu penuh prinsip. Namun baru2 ini saya agak terkejut ketika dia mempublish foto seorang perempuan di salah satu medsosnya, dgn caption inisial. Ya, itu pacarnya. Padahal hal yg mengagumkan lainnya dari dia adalah, dia tidak pernah mengumbar2 hal sekersil itu.

Saya tak mau ambil pusing dan buruk sangka. Saya akhirnya membicarakan hal ini pada salah satu sahabat laki2. Dia bilang, laki2 kadang seperti itu dgn alasan; kasmaran, merasa bangga dgn si perempuan; atau berniat membuat cemburu. Saya bertanya lagi, lalu bagaimana "prinsip"? Teman saya menjawab, ya memang laki2 punya prinsip yg kadang rusak dgn hal2 seperti itu. Tp suatu saat dia akan menyadari kenapa dia bisa merusaknya sendiri.

Case closed. Lagi2 saya tak mau ambil pusing dengan kehidupan pribadi orang lain. Ini bukan perihal gender laki2 atau perempuan. Konsistensi semua manusia memang sering goyang.

Kasus kedua, saya kenal dengan satu orang yg sangat amat saya kagumi karena penguasaannya pada filsafat. Dia kritis dan terbuka, namun tak juga menuhankan logika. Dari dia saya belajar bahwa hubungan asmara yg dieluk2an kita selama ini hanya bualan belaka. Kita hanya menggunakan seseorang untuk menyenangkan diri sendiri. Maka ketika yg satu berkata sayang pada yg lain, ia tak lain hanya menyayangi diri sendiri.

Saya membenarkan. Namun saya juga menyayangkan.

Orang ini kadang datang dan pergi. Once ketika dia merasa sadar akan prinsipnya, dia pergi. Tp ketika ia merasa terlibat emosi, dia datang lagi.

Tp saya tak benar2 mempermasalahkan hal itu. Ada hal lain- yg nanti saya akan bahas diakhir- yg saya permasalahkan.

Terakhir saya sendiri. Saya merasa sangat uring2an ketika ponsel saya sepi, maka saya seringkali mencari teman untuk bisa diajak diskusi. Kemudian ketika saya sadar dgn apa yg saya lakukan, saya buru2 buka buku atau melarikan diri ke hal yg lebih positif lainnya. Terus begitu.

Yg jadi masalah sekarang, yg saya terus pikirkan: adakah orang benar2 berprinsip?

Manusia berubah, saya paham. Namun mengutip Krishnamurti (lagi-lagi), bahwa prinsip adalah hal tolol yg merubah manusia menjadi sangat terkondisi. Pikiran jadi tak bebas. Selalu terbebani.

Namun hal ini tak salah. Ketika orang sadar dan mau menjalankan kehidupan seperti itu jalani saja. Namun yg sangat disayangkan, kenapa kita terlalu berkicau? Maka seperti apa yg dikatakan sahabat saya, Fini Rubianti, kita tak akan pernah bisa bersandar pada kata2. Dan mengutip dari sahabat lainnya, Irham Mudzakir, hati-hati dengan kata, ia begitu licin.

Maka memang seyogyanya. Segala sesuatu-termasuk hubungan- yg dibangun dengan nafsu tanpa kekokohan, akan mudah goyang. Karena bangunan yg kuat bukan dibangun di atas reruntuhan, tp di atas fondasi yg kuat.

Semoga kita termasuk orang-orang yg selalu siap :)

NB: mohon maaf, ini hanya tumpahan dari pemikiran saat ini. Tidak bermaksud menuding atau menyerang. Hanya bersifat argumentatif.

Comments

Popular Posts